Sebenarnya saya juga tidak mengerti apa yang saya lakukan atau mau di capai dengan menulis tulisan ini. Tapi tiba-tiba saja saya mengarahkan mouse ke shotcut Ms. Word di lapie tercinta ini. Badan sudah sangat letih, sangat sangat letih. Saya harus terbatuk-batuk bahkan menuju muntah saat ini. Dingin mulai menyergap. Seharusnya saya ada di kampus MM IPB sekarang, melanjutkan kuliah dan mengerjakan tugas. Tapi saya masih di sini, di kantor lantai 6 sembari menulis. Tidak jelas untuk apa,,
Sendirian, saya mengingat kembali apa yang sudah terjadi seminggu belakangan ini. Mulai dari outbond kantor yang menyenangkan, bertemu dengan orang-orang baru, terjebak dalam perkenalan yang tidak jelas dengan seorang teman di FB dulu, hingga mengagumi seorang rekan kerja yang cukup dekat dengan saya. Outbond selesai dengan sendirinya, saya pulang ke apartemen tempat saya tinggal di akhir minggu.
Dimulai dengan mandi, beristirahat dan menonton tv, berusaha menikmati hidup. Rasanya sudah sangat lama tidak merasakan hal ini. Saya pun menuang setengah gelas vodka dan mencampurnya dengan cola. Saya tidak pernah minum. Tapi entah kenapa malam itu dorongan untuk mencoba hal baru muncul. Dan malam itu saya mabuk, tertidur pulas, sendirian di kamar apartemen.
Senin pagi diawali dengan cukup buruk, ribut semalam dengan pacar membuat hari itu sedikit muram. Yang ternyata hari senin itu awal minggu yang melelahkan. Dimulai dengan rapat dengan klien yang berujung pada harus terselesaikannya dokumen untuk Uni Eropa malam ini. Setelah seharian rapat dan persiapan bahan presentasi, malam itu saya habiskan dengan mengerjakan presentasi untuk Direktur. Mulai kerja jam 7 malam untuk mendesain cover, mengirimnya ke percetakan hingga curhat colongan dengan rekan kerja yang entah kenapa ada rasa ketertarikan dengannya. Kita bahas si cantik ini nanti.
Real problems come along, tepat jam 11 malam, saya telah menyelesaikan seluruh desain dan materi presentasi, tinggal print, mengantarkan ke percetakan dan tidur untuk hari esok yang pastinya lebih berat. U know what? Presentasi itu error, Ms Power Pointnya restart dan hasil kerja 4 jam itu belum tersave. Hanya cover yang berhasil selamat. Semangat runtuh sudah, banyak jeritan yang saya teriakkan malam itu, penjuru kebun binatang disertai tendangan dan amukan tertumpah. Akhirnya saya hanya bisa terdiam meratapi nasib sembari mengutuk kebodohan diri ini. But the story must go on, presentasi saya ulang kembali. Selesai jam 1 malam. Setelah memberikan ke percetakan, saya kembali ke apartemen.
Tidur ternyata bukan solusi, entah kenapa saya kembali menuang vodka ke gelas. Tak lama, pusing mulai menjalar dan terlelap.
Bangun jam 6 pagi, dengan kepala berat dan kurang tidur sungguh bukan saat yang baik untuk memulai hari. Sampai di kantor masih harus meeting pagi dengan atasan. Dilanjutkan dengan berangkat menuju Bogor untuk menyerahkan bahan presentasi. Untungnya saya bisa tidur sejenak di mobil, 2 jam. Cukup sebenarnya, tapi AC dan posisi yang tidak nikmat tetap menyimpan letih yang luar biasa. Selesai dengan Direktur, saya kembali ke kantor. Badan yang letih mulai menunjukkan batasnya. Akhirnya saya memutuskan tidur lagi di apartemen malam ini.
Alasan utama sebenarnya saya tidur di apartemen malam itu adalah karena si cantik yang kita bicarakan tadi ingin menginap di apartemen saya dengan salah satu temannya. Jujur, saya tidak tahu kenapa si cantik ini begitu menarik. Ok, secara fisik dia memang menarik. Simply my type, tomboy, cuek, putih, chineese looks a like dan hal menarik lainnya yang entah kenapa jadi membuat saya penasaran. I had girl friend, n I love her. Tapi entah kenapa si cantik ini tetap tidak bisa hilang dari pikiran saya. Dan malam itu badan yang tinggal 30 % saya paksakan bertahan hingga si cantik datang. Mengisi waktu saya kerjakan tugas kuliah yang menumpuk. Jam 11 malam dia tiba di apartemen. Still pretty as always,,dan entah atas dasar apa, kantuk, lemah, letih, demam dan semua pengikutnya hilang seketika. Tidak banyak juga yang kami lakukan, sekedar simple talking, drink the vodka (again,,) together, hingga saya melihat dia masuk kamar tidur. For me, its worthed.
Rabu. Pagi dimulai dengan cukup baik, melihat si cantik yang sudah siap sebenarnya cukup memalukan. Saya masih mengucek mata sedangkan dia sudah rapih dengan baju kerjanya. Sarapan Energen dan minum air sudah cukup. Pagi itu, saya cukup riang hingga waktu menunjukkan jam 11, meeting time. Kali ini ada pertemuan dengan IBM membahas kerjasama project. Tidak ada yang menggangu, dosen yang saya hire sebagai tenaga ahli menambah semarak siang itu. Sudah lama kami tak berjumpa dan senang rasanya kali ini saya bisa memberi sesuatu, walaupun dengan tangan kantor bagi kedua dosen panutan tersebut. Masalahnya ialah ketika saya mendapat panggilan dari salah satu klien. Menjadi masalah karena klien ini sangat memusingkan. Klien dengan nilai project yang sangat kecil tetapi menuntut sangat besar. Berkali-kali saya coba memuaskan beliau, tetapi karena kesalahan sebenarnya memang bukan pada tim, tetapi tenaga ahli, permasalahan terus berputar. Dan terus bertambah rumit.
Untungnya, waktu meeting yang molor sangat jauh membuat pertemuan dengan klien menyebalkan itu di tunda esok hari. Sore hari itu, letih yang sebelumnya tersimpan mulai menyeruak. Ya, malam itu saya memang kurang tidur karena menunggu si cantik datang sehingga efek letih yang tersimpan muncul secara perlahan. Makin sore, letih makin menyergap. Tanpa terasa, badan saya sudah tidak mau mengikuti apa kata pemiliknya. Saya hanya termangu d depan laptop sembari browsing tidak jelas. Tak lama pacar saya menelpon, dia mau main ke kantor. Malas sebenarnya, tapi daripada masalah bertambah ribet dengan pertengkaran lebih baik memasang sikap senang sembari berlindung di balik keletihan.
Malam makin larut, sudah saatnya saya pulang. Harus tepat waktu karena kereta tidak pernah menunggu penumpangnya. Ketika berjalan menuju jembatan penyebrangan, papa memberitahu bahwa om dari palembang datang dan menginap di peninsula. Dia mengundang saya kesana, maka tujuan pun berubah menuju hotel bintang 4 tersebut. Malam itu yang seharusnya saya pulang kerumah, kembali tertunda. Setidaknya malam itu saya tidur nyenyak setelah perut terisi seafood, dan berendam di bath tub penuh air hangat. Malam itu, saya terlelap dalam hitungan detik
Kamis pagi adalah cobaan paling berat. Bangun dengan tubuh yang memaksa tidur, sangat tidak enak. Alhasil saya terlambat masuk kerja hingga 1 jam. Keletihan masih belum hilang sepenuhnya. Apalagi membayangkan harus bertemu klien menyebalkan dengan permintaan yang selalu berulang-ulang. Bukan saya tidak mengerti apa maunya, tapi memang bukan kapabilitas saya mengerjakan hal tersebut. Dan pagi itu saya kembali, untuk kesekian puluh kalinya, mendengarkan ocehan tentang sejauh mana seharusnya laporan akhir tersebut dikerjakan. Entah kenapa kali ini saya sudah sedikt kebal, tapi tetap saja klien tersebut menjadi sangat menyebalkan dengan permintaan yang berubah dan jadi lebih sulit lagi.
Masih tentang keletihan, sisa-sisa bekerja dan begadang masih tersisa dan makin menuntut haknya. Tidur. Tentu mustahil tidur di kantor, jadilah sang capek yang terhormat itu makin menjadi jadi. Dan disinilah saya, mencurahkan isi hati tentang seminggu yang penuh perjuangan. Tulisan ini salah satu saksi bisu lainnya tentang kehidupan seorang account executive di sebuah BUMN yang kehabisan uang karena rendahnya tingkat kecepatan pengembalian reimbursement dan menghilangnya insentif bulanan. Fiuh,, I should go to my campus right now, after all, I still have a class tonight. And I am late.