5 cm

Posted: Sabtu, 27 Februari 2010 by Iqbal Fajar in
0

Original quote from Donny Dirgantoro at "5 cm". It's a great book, u should have it :)


Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Setelah itu yang kamu perlukan cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa

Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja, bukan seorang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya akan keajaiban mimpi, keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapapun...dan kamu tidak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya...

Percaya pada...5 centimeter di depan kening kamu.

Resetting my life

Posted: Rabu, 24 Februari 2010 by Iqbal Fajar in
0

Pagi itu saya hanya terpekur lemas di sofa apartemen. SMS marketing saya masih jelas teringat. “Pak Yogi minta project traceability di cancel. Kita disuruh cari di direktorat lain”. Rasanya bumi berputar pagi itu. Project yang sudah dikejar hampir 2 tahun itu ternyata tidak jadi dilaksanakan. Project itu bukan sekedar project biasa, tapi project yang sudah saya anggap anak sendiri. Semua daya upaya dicurahkan disana. Bukan itu saja, project itu adalah idealisme dan usaha terbesar saya bagi almamater tercinta. Perikanan. Dan sekarang semua hancur karena birokrasi dan ketakutan tidak jelas.


Entah harus cacian dan makian apa lagi yang harus saya lontarkan. Rasanya tidak ada lagi yang dapat saya jelaskan tentang buruknya pengelolaan negeri ini. Sudah 2 tahun saya berteman dengan birokrasi negara ini, berkubang lumpur malu mengemis ke pejabat pemerintahan, bertahan dengan kemalasan mereka, melakukan pekerjaan-pekerjaan “kotor” yang bertolak belakang dengan idealisme, hingga bersabar untuk pertemuan selama 5 menit yang akhirnya lebih banyak berujung pada penungguan lebih lama lagi. Sakit.

Jujur, sebenarnya itu bukan masalah besar bagi saya. Tempaan selama setahun terakhir sudah membuat saya kuat. Apalagi
project ini sebelumnya memang pernah di cancel tahun lalu. Cukup untuk membuat saya kehilangan diri selama sebulan. Tapi saya berhasil bangkit. Berkat atasan yang menularkan semangatnya pada saya. “Seseorang terlihat kualitasnya ketika dia menghadapi masalah”. Kata-kata itu masih membekas hingga kini. Salah satu quote favorit saya diantara quote-quote pembangkit semangat lainnnya.

Kenyataan project yang di
cancel memang tidak menghancurkan saya sepenuhnya. Masih ada sedikit semangat untuk mencari project pengganti. Tapi jika berbicara tentang passion, jujur tidak ada lagi yang tersisa. Begitupun dengan kenyamanan saya untuk bertahan di dunia konsultasi berbasis survey ini. Looks like its time to think bout my life. Give it back to where it belongs. Entah kapan saya bisa menemukan passion dan joy itu lagi. Setidaknya sekarang yang bisa dilakukan hanyalah memakai lagi topeng “I AM STRONG” yang sudah lama tersimpan di sudut hati. After all, life must go on. No matter how much it damages to u. Today, I’m resetting my life.

Simfoni malam itu,

Posted: Kamis, 18 Februari 2010 by Iqbal Fajar in
0

Rupanya memang hanya bertahan 2 bulan saja kesetian sejati pada sang pacar. Pemicunya adalah seseorang di acara outbond kantor. Bermula dari berita bahwa seseorang dari kepanitian outbond menanyakan profil FB saya. Karena memang FB asli saya hanya memiliki satu teman dan itu adalah sang pacar, maka lebih mudah saya mengatakan bahwa FB adalah barang haram. Tetapi memang godaan sulit di tolak. Setelah bergeriliya selama 3 hari, akhirnya saya mendapatkan no hp dan identitas sang pengagum tersebut. Kita sebut saja Vindy. Sang penyanyi dan penghibur malam outbond itu. Gadis dengan wajah manis dan hidung khas arab diramu dengan putihnya kulit hasil perlindungan udara sejuk Bandung yang sudah terbukti menghasilkan dara cantik terkenal seentaro negeri. Menarik, menggoda, dan mengundang. Bagi pria dengan sindroma “falling in love just too fast” seperti saya, Vindy bagaikan durian runtuh. Tanpa cape-cape mencari dan menghayal, dia membuka dirinya bagi saya.

Maka hubungan yang dimulai dengan sms dan miscall itu pun berlanjut hingga malam ini. Sifat yang supel dan ketertarikan awal menjadi pemanis perbincangan. Obrolan sembari mencuri waktu kerja pun memakan waktu yang jika digunakan bagi peruntukannya, cukup untuk mereview RAB dan TOR project. Tugas yang seharusnya saya selesaikan hari itu. Percakapan berlanjut malam hari. Walaupun tidak ada sms “good night darl” dan sejenisnya, malam ini tetap menjadi sejarah baru.

Disebut sejarah karena sekali lagi account FB fake itu saya aktivasi lagi. Account itu sebelumnya saya deactivate karena ketahuan Ibu Negara. Beliau mengamuk sejadi jadinya. Butuh waktu cukup lama untuk menenangkannya hingga memupuk kembali kepercayaan yang hancur itu. Kala itu saya berjanji (yang ternyata terbukti hanya bertahan 2 bulan :hammer) untuk tidak mengaktifkan lagi account FB palsu itu.

Sebenarnya bukan tanpa rasa bersalah saya mengaktifkan lagi FB itu. Bukan hal yang mudah mengatasi perasaan bersalah tersebut menyesap dalam hati kecil ini. Sang pacar terlalu berharga untuk dikorbankan demi seorang nun jauh disana yang tidak diketahui kejelasannya. Kepercayaan pacar juga menjadi perhitungan. Setidaknya dia kini akan lebih hati-hati mengawasi pejantannya yang sedang dalam masa puber entah untuk keberapa kalinya.
Sejujurnya, tidak ada seorang wanita pun yang bisa menggoyahkan posisi pacar dari hati saya sebagai calon pendamping hidup. Mapan, cantik, manis, smart, keibuan, sangat perhatian, mau mendengar, penurut, sangat terbuka, tidak mengekang serta sederet sifat menarik lainnya. Entah kenapa saya masih saja bodoh untuk mempertaruhkan itu semua dengan seorang yang belum jelas asal usulnya.

Akh,, tapi lelaki memang bodoh dan kebodohan itu makin menjadi pada diri saya ini. Jadilah malam ini saya kembali bermain api, menantang prinsip yang dipegang serta mengubur dalam-dalam janji yang telah di ucapkan. Malam ini saya menulis sembari mengutak atik profil FB dengan kepulan asap yang memenuhi kamar. Saya selingkuh (lagi)..

Just call it love,,

Posted: Sabtu, 13 Februari 2010 by Iqbal Fajar in
0

Kalian tahu, cinta adalah hal yang paling sering menghampiri saya. Bukan saja karena sifat dari sang cinta yang memang ditakdirkan hinggap di semua orang. Bahkan manusia segarang Hollyfield atau Achilles pasti memiliki rasa cinta. Ya, sesuatu yang oleh ahli kimia di definisikan sebagai pelepasan senyawa kimia bernama phenylethylamine dari otak menuju neuron yang dengan sangat jahat akan membuat aktivitas yang kita kenal dengan jatuh cinta.

Ok, back to bussines. Semua orang pernah jatuh cinta, setidaknya sekali dalam hidupnya. Entah kemudian cinta itu berakhir buruk atau baik, tidak ada yang tahu. Saya sendiri termasuk orang yang mudah jatuh cinta. Entah apa yang salah dengan saya, bertemu seorang wanita dengan penampilan yang menarik sudah cukup membuat saya jatuh cinta. Atau pertemuan singkat di bus kota dapat membuat saya berandai andai dalam waktu yang lama. Entah dengan kalian semua, tapi saya benar-benar bermasalah dengan hal tersebut. After all, falling in love isn’t crime, but falling in love while u having a couple, that’s trouble.

Saya punya pacar, dan dia adalah orang yang paling dekat untuk menjadi pasangan hidup. Setidaknya sampai saat ini. Tapi sindroma "falling in love just too fast" tetap menghantui. Setidaknya saat ini saya sedang jatuh cinta terhadap beberapa orang. Walaupun cinta ini hanya sebelah pihak. Cinta pertama terjadi dari pertemuan di situs sosialita terkenal (ok, its Facebook. Every one knows that, what I’m thinking by hiding it). Kita sebut dia Camilla. Seorang wanita muda, mahasiswi tepatnya. She’s gorgeous with a curly hair, white skin n a bright eyes. Just love her in first sight. Saya berhubungan dengannya hanya melalui chat, sms dan telepon. Tapi cukup untuk membuat saya merasakan indahnya jatuh cinta.

Love come n go. Entah kenapa rasa cinta itu mulai pudar ketika saya menyadari betapa kekanakannya dia dan betapa banyak yang harus saya pertaruhkan hanya untuk mendapatkan cintanya. So, I’m starting to forget her, even thought I hope there is a time for me to meet her in a real life.

Cinta kedua yang sedang mendera ditujukan pada salah satu teman kerja. She’s the girl from my last post at this blog. The girl with bob hair style, a tiny nose, white skin, independent, cute face, and tomboy. Plus she’s not a ordinary girl, she love party n drink (I don’t know wheather this right or not. Just my thought). Intinya adalah saya mencintai dia. Walaupun saya tahu dia tidak dalam posisi yang siap untuk menerima keadaan saya sudah punya pacar. Tidak semua wanita siap untuk di duakan atau bahkan tidak ada sebenarnya wanita yang ingin di duakan. Poligami adalah kebohongan yang dipaksakan dengan dalih agama menurut saya.

Yah, akhirnya tetap saya yang salah. She had simply mysterious aura. Tak banyak yang bisa diketahui darinya. Tertutup tapi mengundang. Ketika kita datang, dia menjauh. Anak rumahan yang suka nongkrong di cafe sembari menegak martini. Putri papa yang tidak boleh kost tapi bisa berkeliaran hingga larut malam bahkan menginap. Unique. Berbeda dengan lainnya. Sangat berbeda. Dan smua nya membuat saya jatuh cinta, entah untuk keberapa kalinya. Padanya.

Dan seperti semua wanita yang saya jatuh cintai (entah darimana kata itu berasal) harus bernasib tidak bisa mendengar kata-kata sakti itu meluncur dari mulut si bodoh ini :

I LOVE U.

So, I love u. Just wanna know that I’m in love with u. I don’t expect anything from u. I’m totally conscious that u deserve to have a better man than I am. But, the declaration of love to someone u loved to its not a crime isn’t right?. And after all, this is valentine day. May the love spread the world : )

Simply Tired,,

Posted: Jumat, 12 Februari 2010 by Iqbal Fajar in
0

Sebenarnya saya juga tidak mengerti apa yang saya lakukan atau mau di capai dengan menulis tulisan ini. Tapi tiba-tiba saja saya mengarahkan mouse ke shotcut Ms. Word di lapie tercinta ini. Badan sudah sangat letih, sangat sangat letih. Saya harus terbatuk-batuk bahkan menuju muntah saat ini. Dingin mulai menyergap. Seharusnya saya ada di kampus MM IPB sekarang, melanjutkan kuliah dan mengerjakan tugas. Tapi saya masih di sini, di kantor lantai 6 sembari menulis. Tidak jelas untuk apa,,

Sendirian, saya mengingat kembali apa yang sudah terjadi seminggu belakangan ini. Mulai dari outbond kantor yang menyenangkan, bertemu dengan orang-orang baru, terjebak dalam perkenalan yang tidak jelas dengan seorang teman di FB dulu, hingga mengagumi seorang rekan kerja yang cukup dekat dengan saya. Outbond selesai dengan sendirinya, saya pulang ke apartemen tempat saya tinggal di akhir minggu.

Dimulai dengan mandi, beristirahat dan menonton tv, berusaha menikmati hidup. Rasanya sudah sangat lama tidak merasakan hal ini. Saya pun menuang setengah gelas vodka dan mencampurnya dengan cola. Saya tidak pernah minum. Tapi entah kenapa malam itu dorongan untuk mencoba hal baru muncul. Dan malam itu saya mabuk, tertidur pulas, sendirian di kamar apartemen.

Senin pagi diawali dengan cukup buruk, ribut semalam dengan pacar membuat hari itu sedikit muram. Yang ternyata hari senin itu awal minggu yang melelahkan. Dimulai dengan rapat dengan klien yang berujung pada harus terselesaikannya dokumen untuk Uni Eropa malam ini. Setelah seharian rapat dan persiapan bahan presentasi, malam itu saya habiskan dengan mengerjakan presentasi untuk Direktur. Mulai kerja jam 7 malam untuk mendesain cover, mengirimnya ke percetakan hingga curhat colongan dengan rekan kerja yang entah kenapa ada rasa ketertarikan dengannya. Kita bahas si cantik ini nanti.

Real problems come along, tepat jam 11 malam, saya telah menyelesaikan seluruh desain dan materi presentasi, tinggal print, mengantarkan ke percetakan dan tidur untuk hari esok yang pastinya lebih berat. U know what? Presentasi itu error, Ms Power Pointnya restart dan hasil kerja 4 jam itu belum tersave. Hanya cover yang berhasil selamat. Semangat runtuh sudah, banyak jeritan yang saya teriakkan malam itu, penjuru kebun binatang disertai tendangan dan amukan tertumpah. Akhirnya saya hanya bisa terdiam meratapi nasib sembari mengutuk kebodohan diri ini. But the story must go on, presentasi saya ulang kembali. Selesai jam 1 malam. Setelah memberikan ke percetakan, saya kembali ke apartemen.

Tidur ternyata bukan solusi, entah kenapa saya kembali menuang vodka ke gelas. Tak lama, pusing mulai menjalar dan terlelap.

Bangun jam 6 pagi, dengan kepala berat dan kurang tidur sungguh bukan saat yang baik untuk memulai hari. Sampai di kantor masih harus meeting pagi dengan atasan. Dilanjutkan dengan berangkat menuju Bogor untuk menyerahkan bahan presentasi. Untungnya saya bisa tidur sejenak di mobil, 2 jam. Cukup sebenarnya, tapi AC dan posisi yang tidak nikmat tetap menyimpan letih yang luar biasa. Selesai dengan Direktur, saya kembali ke kantor. Badan yang letih mulai menunjukkan batasnya. Akhirnya saya memutuskan tidur lagi di apartemen malam ini.

Alasan utama sebenarnya saya tidur di apartemen malam itu adalah karena si cantik yang kita bicarakan tadi ingin menginap di apartemen saya dengan salah satu temannya. Jujur, saya tidak tahu kenapa si cantik ini begitu menarik. Ok, secara fisik dia memang menarik. Simply my type, tomboy, cuek, putih, chineese looks a like dan hal menarik lainnya yang entah kenapa jadi membuat saya penasaran. I had girl friend, n I love her. Tapi entah kenapa si cantik ini tetap tidak bisa hilang dari pikiran saya. Dan malam itu badan yang tinggal 30 % saya paksakan bertahan hingga si cantik datang. Mengisi waktu saya kerjakan tugas kuliah yang menumpuk. Jam 11 malam dia tiba di apartemen. Still pretty as always,,dan entah atas dasar apa, kantuk, lemah, letih, demam dan semua pengikutnya hilang seketika. Tidak banyak juga yang kami lakukan, sekedar simple talking, drink the vodka (again,,) together, hingga saya melihat dia masuk kamar tidur. For me, its worthed.

Rabu. Pagi dimulai dengan cukup baik, melihat si cantik yang sudah siap sebenarnya cukup memalukan. Saya masih mengucek mata sedangkan dia sudah rapih dengan baju kerjanya. Sarapan Energen dan minum air sudah cukup. Pagi itu, saya cukup riang hingga waktu menunjukkan jam 11, meeting time. Kali ini ada pertemuan dengan IBM membahas kerjasama project. Tidak ada yang menggangu, dosen yang saya hire sebagai tenaga ahli menambah semarak siang itu. Sudah lama kami tak berjumpa dan senang rasanya kali ini saya bisa memberi sesuatu, walaupun dengan tangan kantor bagi kedua dosen panutan tersebut. Masalahnya ialah ketika saya mendapat panggilan dari salah satu klien. Menjadi masalah karena klien ini sangat memusingkan. Klien dengan nilai project yang sangat kecil tetapi menuntut sangat besar. Berkali-kali saya coba memuaskan beliau, tetapi karena kesalahan sebenarnya memang bukan pada tim, tetapi tenaga ahli, permasalahan terus berputar. Dan terus bertambah rumit.

Untungnya, waktu meeting yang molor sangat jauh membuat pertemuan dengan klien menyebalkan itu di tunda esok hari. Sore hari itu, letih yang sebelumnya tersimpan mulai menyeruak. Ya, malam itu saya memang kurang tidur karena menunggu si cantik datang sehingga efek letih yang tersimpan muncul secara perlahan. Makin sore, letih makin menyergap. Tanpa terasa, badan saya sudah tidak mau mengikuti apa kata pemiliknya. Saya hanya termangu d depan laptop sembari browsing tidak jelas. Tak lama pacar saya menelpon, dia mau main ke kantor. Malas sebenarnya, tapi daripada masalah bertambah ribet dengan pertengkaran lebih baik memasang sikap senang sembari berlindung di balik keletihan.

Malam makin larut, sudah saatnya saya pulang. Harus tepat waktu karena kereta tidak pernah menunggu penumpangnya. Ketika berjalan menuju jembatan penyebrangan, papa memberitahu bahwa om dari palembang datang dan menginap di peninsula. Dia mengundang saya kesana, maka tujuan pun berubah menuju hotel bintang 4 tersebut. Malam itu yang seharusnya saya pulang kerumah, kembali tertunda. Setidaknya malam itu saya tidur nyenyak setelah perut terisi seafood, dan berendam di bath tub penuh air hangat. Malam itu, saya terlelap dalam hitungan detik

Kamis pagi adalah cobaan paling berat. Bangun dengan tubuh yang memaksa tidur, sangat tidak enak. Alhasil saya terlambat masuk kerja hingga 1 jam. Keletihan masih belum hilang sepenuhnya. Apalagi membayangkan harus bertemu klien menyebalkan dengan permintaan yang selalu berulang-ulang. Bukan saya tidak mengerti apa maunya, tapi memang bukan kapabilitas saya mengerjakan hal tersebut. Dan pagi itu saya kembali, untuk kesekian puluh kalinya, mendengarkan ocehan tentang sejauh mana seharusnya laporan akhir tersebut dikerjakan. Entah kenapa kali ini saya sudah sedikt kebal, tapi tetap saja klien tersebut menjadi sangat menyebalkan dengan permintaan yang berubah dan jadi lebih sulit lagi.

Masih tentang keletihan, sisa-sisa bekerja dan begadang masih tersisa dan makin menuntut haknya. Tidur. Tentu mustahil tidur di kantor, jadilah sang capek yang terhormat itu makin menjadi jadi. Dan disinilah saya, mencurahkan isi hati tentang seminggu yang penuh perjuangan. Tulisan ini salah satu saksi bisu lainnya tentang kehidupan seorang account executive di sebuah BUMN yang kehabisan uang karena rendahnya tingkat kecepatan pengembalian reimbursement dan menghilangnya insentif bulanan. Fiuh,, I should go to my campus right now, after all, I still have a class tonight. And I am late.

It's A New Day !

Posted: by Iqbal Fajar in
0

This song inspired me a lot, even though the lyrics tell us bout the rise of Obama, first Afro American President. The word inspire me the most is "It's A New Day". coz, when i hear this song for the first time, i was get closer with my project goal. After a year chasing and a lot of time for wait, finally, i'm one step closer to the goal. and its like will.i.am said, It's A New Day !! Enjoy,,

download link :
http://www.4shared.com/file/84809898/360112f7/william_-_Its_A_New_Day_-_indr.html?s=1

It's A New Day by will.i.am

It's a new day
It's a new day
It's a new day
It's a new day
It's a new day

It's been a long time coming
Up the mountain kept runnin'
Songs of freedom kept hummin'
Channeling Harriet Tubman

Kennedy, Lincoln, and King
We gotta manifest that dream
It feels like I'm swimming upstream
It feels like I'm stuck in between
A rock and a hard place
We've been through the heartaches
And lived through the darkest days

If you and I made it this far
Well then hey, we can make it all the way
And they said no we can't
And we said yes we can
Remember it's you and me together

I woke up this morning
Feeling alright
I've been fightin' for tomorrow
All my life
Yea, I woke up this morning
Feeling brand new
Cause the dreams that I've been dreaming
Has finally came true

It's a new day
(it's a new day)
It's a new day
(it's a new day)
It's a new day
It's a new day

It's been a long time waitin'
Waiting for this moment
Been a long time praying
Praying for this moment

We hope for this moment
And now that we own it
For life I'ma hold it
And I won't let it go

It's for fathers, our brothers
Our friends who fought for freedom
Our sisters, our mothers
Who died for us to be in this moment

Stop and cherish this moment
Stop and cherish this time

It's time for unity
For us and we
That's you and me together

I woke up this morning
Feeling brand new
Cause the dreams that I've been dreaming
Have finally came true
Yea, I woke up this morning
Feeling alright

'Cause we weren't fighting for nothing
And the soldiers weren't fighting for nothing
No, Martin was dreaming for nothing
And Lincoln didn't change it for nothing
And children weren't crying for nothing

It's a new day
It's a new day
It's a new day
A new day
It's a new day
It's a new day
It's a new day

Time After Busy

Posted: by Iqbal Fajar in
0

Ternyata seperti itu ya rasanya menikmati waktu luang, beristirahat dan bersantai.. rasanya nikmat sekali,, buat sebagian orang waktu senggang menjadi hal yang tidak penting. termasuk saya. tetapi setelah semua kesibukan project selama sebulan belakangan ini menjadikan waktu luang sangat berarti bagi saya. Rangkaian meeting dan konsinyering, tumpukan tugas kuliah, hingga timing ujian kuliah yang entah kenapa selalu selaras dengan tingginya intensitas pekerjaan. dan semua itu menyadarkan saya pada sebuah kenyataan. waktu sangat berharga,, sangat berharga,,even untuk menyenderkan badan dan menikmati lagu kesayangan saja sangat sulit dilakukan, apalagi menikmati film2 yang sudah dipersiapkan sejak lama.

tapi percayakah anda, hanya ketika kesibukan itu mencapai titik kulminasinya, saya baru dapat merasakan indahnya waktu istirahat. ketika saya belum bekerja, dan hari-hari hanya diisi dengan tidur, makan, maen game dan tidur lagi, waktu luang tidak menjadi kenikmatan lagi. malah memuakkan. di saat itu saya merasa tidak butuh dan tidak ingin lagi dengan yang namanya waktu luang maka saya pun mulai mencari kesibukan lain hingga akhirnya semua waktu luang itu tersapu oleh pekerjaan. dan saya pun mulai merasakan lagi nikmatnya waktu luang itu

apa intinya?? apapun itu, senikmat apapun itu jika semua sudah terlalu,, maka yang didaptkan hanya kemuakan, penolakan dan resistensi. rumus itu berlaku bagi semua hal, makanan, pekerjaan, kenikmatan, waktu luang, dan semua hal. tapi yakinlah selalu bahwa alam pasti mencari keseimbangannya. jika anda merasa sudah stuck dan muak dengan suatu hal, yakinlah akan ada penyeimbangnya. dan jika keadaan sudah seimbang maka anda akan dapat melihat sesuatu telah tumbuh dalam diri anda. kepuasan mengalami masa2 sulit itu dan akhirnya menuai apa yang seharusnya anda tuai.

Dedikasi

Posted: by Iqbal Fajar in
0

“seseorang terlihat kualitasnya ketika dia menemui masalah”

Kata-kata atasan saya kembali terngiang ketika salah satu Tenaga Ahli yang akan perusahaan kami gunakan memberitahukan bahwa dia akan mengikuti tender yang sama. Kompetensi perusahaan saya yang lebih menekankan terhadap survey dan inspeksi memang menggantungkan beban pekerjaan ini pada tenaga konsultan yang lebih layak. Perusahaan saya hanya bertindak sebagai institusi yang secara legalitas menaungi pekerjaan tersebut. Substansi secara keseluruhan akan diserahkan kepada tenaga ahli. Alhasil jika tenaga ahli yang jadi ujung tombak itu membelot dan berjalan sendiri, tentu perusahaan saya akan kelabakan.

Pekerjaan ini memang sudah kami giring sedemikian rupa sehingga prosentase kemenangan menjadi lebih besar. Praktek yang jamak terjadi di pekerjaan pemerintahan. Akan tetapi, tender tetaplah tender. Ada factor luck and bargain disana. Bargain memang sudah kami rancang sedemikian rupa, tapi luck? Who knows?...

Kenapa kata-kata atasan saya tersebut dijadikan pembuka? Mari melihat sebentar sejarah terucapkannya kata-kata itu. Ketika itu saya sedang mengalami tekanan besar. Saya yang awalnya hanya menangani pekerjaan delivery (istilah yang kami buat untuk tugas pelaksanaan pekerjaan lapangan), harus menerima jabatan sebagai Person In Charge untuk satu departemen. From nothing to something, frasa yang tepat untuk menggambarkan posisi saya ketika itu. Perubahan yang drastic itu membawa saya pada konsekuensi target project yang tinggi. Dan pada saat itu tekanan sangat kuat. Project yang tinggal melanjutkan dari tahun lalu terancam di cancel (dan ternyata memang di cancel,,). Saya yang saat itu sudah kalut di panggil oleh atasan. Melihat wajah Account Executivenya yang sudah pusing, semaput dan bingung, atasan saya menceritakan posisi dia ketika pertama kali tiba di kantor pusat. Ketika itu beliau hanya menempati spot kecil di ujung ruangan. Tanpa staf, tanpa fasilitas. Belum lagi tatapan remeh karena statusnya yang dipindahkan dari Cabang Surabaya. Tapi keadaan itu tidak menciutkan nyalinya. Targetnya satu, memberikan profit dan pekerjaan bagi perusahaan dalam waktu kurang dari 6 bulan. Dan itu terbukti. Salah satu dari banyak pekerjaan yang di bawa kini menjadi kebanggaan perusahaan. Menghidupi ratusan orang dan memberikan banyak profit bagi perusahaan. Spot kecil di pojokan itu pun kini sudah menjelma menjadi ruangan setara direktur.

Dan kalimat itu terucap, sindiran sekaligus pemacu semangat. Sederhana, tapi mengena. Hingga kini, kata-kata beliau terus terngiang. Menjadi acuan tentang arti perjuangan dan dedikasi. Bahwa bekerja bukan sekedar mengerjakan tugas tapi bagian dari pembuktian diri terhadap kehidupan itu sendiri []

Leaving Jakarta,,,

Posted: by Iqbal Fajar in
0

Yah, benar. Saya akan meninggalkan Jakarta. Kota yang telah menjadi bagian dari hidup ini selama setahun kebelakang. Kota yang telah memberikan saya kehidupan lain, sensasi plus keruwetannya. Stress tingkat tinggi sekaligus potensi kenikmatan yang berbanding lurus. Panas dan polusi vs dinginnya angin malam dan kesendirian. Di ibukota ini saya menemukan sebagian diri yang hilang sekaligus kehilangan sebagian idealisme. Kota dengan eksotisme berbalut gaya hidup yang terlalu tinggi (bagi sebagian orang,,). Hanya di kota ini saya bisa menemukan tingginya delta konsumerisme dan pendapatan. Semua terangkai dengan sempurna. Menjadikan ibukota ini selalu menarik untuk di eksplorasi

Melihat kebelakang, saya tiba di kota ini untuk bekerja pada salah satu BUMN spesialisasi survey dan verifikasi sebagai product development. Saya masih ingat saat itu, keluar dari kantor berlantai 19 dengan senyum yang tidak bisa hilang. Ketika itu saya tidak habis pikir, bagaimana mungkin proses rekrutasi di perusahaan sebonafide itu dapat begitu cepat dan mudah. Bahkan hingga 3 hari berselang, saya masih belum percaya bahwa akan hidup di Jakarta, kota impian bagi sebagian orang daerah seperti saya.

Tapi Jakarta memang Jakarta. Kota dengan impian yang sangat lekat dengan kenyataan sekaligus mimpi. Malam pertama saya tinggal di Jakarta benar-benar pengalaman yang tidak mengenakkan. Insomnia, pengapnya kamar, dan nyamuk menjadi mimpi buruk, bahkan hingga sekarang. Saya terjaga hingga pagi menjadikan hari pertama kerja sungguh siksaan yang tak tertahankan. Selain harus beradaptasi dengan orang baru dan lingkungan baru, saya juga harus menahan kantuk dan lelah akibat nyamuk dan pengap.

Siksaan belum usai. Ternyata nyamuk dan panas hanya satu dari rentetan penderitaan saya di bulan pertama. Macetnya jalanan menambah tingkat strees saya. Keluar kostan, macet, pulang kerja lebih macet. Bahkan di kostan pun kuping saya harus berhadapan dengan bisingnya pekerjaan konstruksi dan tentu saja, deruman kendaraan bermotor. Belum jika dihitung dengan tinggi nya polusi dari bus dan metro mini. Perfect,,,

Kesendirian adalah masalah utama lainnya. Saya memang terbiasa dan kerapkali menempatkan diri untuk sendiri. Tapi saya juga makhluk social. Sefanatik apapun saya terhadap kesendirian, tetap merupakan siksaan jika tidak punya teman untuk berbagi dan bercerita. Lingkungan kost sangat tidak kondusif, mulai dari bapak kost yang minim komunikasi, teman-teman kost yang tidak pernah saya lihat penampakannya hingga sahabat saya yang ikut-ikutan pergi meninggalkan Jakarta. Fanatisme saya terhadap kesendirian pun berubah menjadi kebutuhan terhadap kebutuhan sosialisasi, yang akut..

Sebagian dari masalah tersebut memang cerita lama. Saya sudah bisa beradaptasi dengan macetnya Jakarta. Jalan tikus, kelokan maut sang pulsar tercinta ditambah mp3 player yang tersembunyi dibalik helm menjadi obatnya. Padatnya jalan serta suara bising kendaraan sudah bisa saya nikmati dengan lagu-lagu kesukaan. Walau pun terkadang saya tetap tidak bisa habis pikir, kenapa Jakarta bisa semacet ini, kenapa tidak pernah ada solusi yang tuntas bagi semuanya. Bukannya saya tidak suka menggunakan moda transportasi kebangaan kota ini. Trans Jakarta. Percayalah, saya sempat menjadikan Trans Jakarta sebagai moda transportasi utama saya. Ada optimisme tersimpan disana. Bus yang tepat waktu, jalur yang khusus, AC yang selalu berhembus, hingga metode latihan menghilangkan lemak saya yang mulai bertumpuk. Nyatanya saya selalu harus terlambat tiba di kantor karena minimnya armada yang bertugas. Belum lagi antrian panjang dan bus yang selalu penuh, AC yang terkadang kencang terkadang pelan hingga informasi halte yang berganti menjadi suara petugas. Dan kecintaan saya pada Trans Jakarta hanya bertahan seminggu.

Masalah kostan yang individualisme sudah terpecahkan. Tidak tahan dengan pengapnya kamar dan sikap bapak kost yang tanpa kata, hanya menyelipkan kuitansi tagihan kostan setiap tanggal 25. Padahal ketika pertama kali masuk kost saya sudah minta kompensasi pembayaran hingga tanggal 27 karena kantor memang membayarkan gaji karyawannya pada tanggal tersebut. Tetap saja kuitansi itu menyembul dengan dinginnya. Dan pada bulan ke empat tepatnya sebelum libur lebaran, saya hengkang.

Kost kedua saya sangat bersahabat. Teman samping kamar yang bersahabat, ibu kost yang ramah, bapak kost, saya kerap kali memanggil beliau babeh, serta anak anaknya yang lucu dan menggemaskan. Paling penting ialah segarnya udara serta sunyinya lingkungan. Saya sendiri sempat tidak percaya dapat menemukan kost seperti ini di Jakarta. MIrip sekali dengan kost saya dulu. Hanya nyamuk dan insomnia yang masih menjadi masalah hingga kini. Mahluk brengsek itu tetap saja ada, mungkin hanya di daerah sub tropis saya bisa terbebas darinya.

Begitu pula dengan panas, pengap dan polusi. Kini semua aspek tersebut sudah menjadi bagian hidup saya. Orang kedokteran kerap menyebutnya dengan resiten. Sebenarnya saya tidak sepenuhnya kebal. Hanya saja saya menemukan formula conterpartnya. Kehidupan malam Jakarta. Tapi bukan kehidupan malam yang gemerlap dengan remang-remangnya, atau kelap kelip lampu club yang membuat saya tenang. Justru kesendirian jalanan, dinginnya angin malam dan indahnya taman suropati serta kota tua yang membuat saya terpikat. Aneh bagi sebagian orang, tapi saya benar-benar terbius dengan perbedaan ekstrim antara siang dan malam Jakarta. Siang hari penghuni Jakarta berpanas ria dan berjejalan di jalan. Malamnya, Jakarta bagaikan penghuninya, terlelap dalam ketenangan. Angin malam yang menusuk ketika bermotor, taman suropati yang menyanyikan simfoni akustik pengamen jalanan, kota tua yang redup dan misterius adalah sebagian dari obat rindu saya. Hingga saat ini, saya masih mengandalkan Jakarta versi malam sebagai pengganti kehidupan. Bisa dibilang ini salah satu alasan saya bertahan di Jakarta. Di kota tempat tinggal sebelumnya, saya memang menemukan sensasi ini. Tapi Jakarta berbeda. Dibalik semua ketenangannya ada derik-derik kehidupan lainnya. Tidak banyak memang yang sesuai dengan anomaly kesendirian saya, hanya beberapa. tapi itu sudah cukup. Saya bahagia. Bahkan kerapkali pekerjaan kantor di switch ke jam malam karena di saat itulah ide mengalir dengan sempurna.

Hidup menjadi berarti ketika kita menikmatinya. Frasa itu yang saya selalu pegang teguh. Tidak penting bagi saya bergelimang harta jika harus pusing menyembunyikannya dari auditor. Bukan kenikmatan jika kita hanya bisa menjalani hidup tanpa meresapi maknanya. Jujur, saya lelah tinggal di Jakarta. Tapi kota ini telah memberi saya pengalaman baru. Selalu ada cara menikmati kesulitan, hanya kita yang harus sedikit berusaha meraihnya. Jika ditanya pada saat 3 bulan pertama saya menginjak Jakarta, apakah saya suka tinggal di Jakarta? saya pasti akan menjawab tidak. Jika pertanyaan yang sama dilontarkan sekarang, setelah satu tahun bercengkrama dengan kota ini, saya akan menjawab,

“Jakarta akan selalu mendapat satu tempat di hati saya, dan ya, saya suka Jakarta” []

ps.

Honestlly, saya tidak benar-benar meninggalkan Jakarta, hanya berpindah tempat tinggal ke rumah tercinta yang sudah ditinggalkan hampir selama masa belajar saya. Pekerjaan dan kuliah masih memberikan saya kesempatan untuk lebih mengeksplorasi Jakarta. Ini hanya romantisme yang kerap singgah kala saya harus berpindah tempat. Bukan hal penting, tapi layak di dokumentasikan.