Carrot and Stick

Posted: Kamis, 24 Januari 2013 by Iqbal Fajar in
0


Apa yang selalu dikatakan oleh semua motivator dan optimist di luar sana? Mereka hanya mengatakan satu hal. Have faith in yourself. Caranya bisa berbeda-beda. Bisa lewat kata-kata motivasi yang langsung, contoh kasus dari orang-orang sukses atau bahkan sindiran pedas yang baik tujuannya. Everybody unique dengan segudang potensi yang belum disadari. Terus melangkah dan menghargai diri sendiri lebih baik. Tetaplah berpikiran positif. Apapun itu, setidaknya itu yang ingin mereka tularkan. Percayalah bahwa anda mampu.

Saya adalah salah satu individu yang hidup dari dogma tersebut. Bagi pribadi yang lahir dari keluarga di level medium, saya kerap tidak percaya diri akan kemampuan diri sendiri. Ayah yang pegawai negeri, Ibu yang juga dari keluarga biasa-biasa saja, sekolah yang hanya bisa dibilang cukup dan lingkungan yang bersahaja. Ayah saya bahkan pernah berpesan. “Nak, kamu tidak perlu jadi yang terbaik. Cukuplah jadi ditengah-tengah. Asal jangan dibawah”. Cukup menginspirasi bukan?

Maka saya pun tumbuh jadi seorang remaja yang biasa-biasa saja, tanpa ekspetasi lebih. Prestasi yang hanya dikejar agar cukup di lingkaran menengah atau pergaulan yang hanya sekelumit itu saja. Pesan Ayah tersebut juga saya pegang ketika pertama kali keluar rumah untuk masuk ke sekolah asrama di masa SMP. Bertemu dengan banyak orang baru dengan segala antusiasmenya, hanya cukup membuat saya tertarik beberapa saat. Selebihnya saya lebih banyak berdiam diri di perpustakaan sekolah atau terbenam dalam kelakuan iseng kabur dari asrama.

To be honest, ada keinginan besar untuk berada di lingkungan para elite, kelas atas. Mereka yang populer, keren, disukai banyak orang, bandel, melanggar aturan atau para high achiever. Siapa yang tidak mau dipandang lebih dari orang lain. Sayangnya cara yang saya lakukan tidak benar. Kurangnya sikap kompetitif dan nrimo, yang orangtua ajarkan membuat saya rendah diri dan merasa cukup dengan apa yang sudah ada. Akhirnya saya jadi malas ketika harus berusaha keras mencapai lingkungan elite tersebut. Tidak hanya itu, karena memang dasarnya saya ini cukup aneh dan lemah bagi anak seumuran, saya kerap kali dijadikan sasaran bullying di masa SMP. Komplitlah sudah. Pola pikir tidak kompetitif, nrimo yang salah arti dan selalu dijadikan sasaran ketidakdewasaan teman-teman membuat masa SMP saya cukup traumatis. Saya tidak percaya diri dan mulai tertutup pada dunia.

Untungnya, ada darah leluhur Sumatra yang bangkit diam-diam. Ketika dilecehkan karena fisik yang kecil dan sifat penakut, saya mulai bekerja lebih keras untuk menang dari mereka yang menganiaya dengan cara lain. Saya mulai menggunakan bakat terbesar yang diberikan Tuhan dan tentunya gen dari orangtua tercinta. Otak. I’m quite good at my study. Kegemaran membaca dari Ibu serta kemampuan komunikasi yang excellet dari Ayah mendukung saya menjadi pribadi yang lebih baik. Maka saya berjuang di sisi tersebut. Berusaha belajar lebih keras dan membaca lebih banyak. Jika saya tidak bisa menang dari pada pengganggu itu, maka saya tidak boleh kalah dari sisi otak dari mereka. And thanks God, I’m become a success one. Menggunakan semua potensi tersebut, saya perlahan berhasil naik kelas dari kasta bawah menuju ke golongan elit.

The problem is, I’m still the same kid that facing the world as uncompetitive and easy environment. Tujuan saya untuk berjuang selalu saja dimulai dari alasan bahwa ada pihak-pihak tertentu yang mensepelekan. Di SMP pihak itu adalah para pengganggu dengan fisik besarnya, di SMA ialah para remaja kota dengan kekayaan dan sikap coolnya. Masa kuliah pemicunya adalah seorang wanita yang menolak cinta saya sedangkan masa professional adalah para senior yang meremehkan kompetensi. See the pattern here?  Selalu saja ada orang yang ingin saya buktikan bahwa pendapat mereka adalah salah.

Anda tahu dampaknya? Sama seperti keledai bodoh yang terus berjalan mengejar wortel yang digantung depan matanya, saya hanya berjalan karena mengejar suatu alasan. Anda tahu apa yang terjadi ketika wortel tersebut akhirnya bisa dimakan oleh keledai? Dia akan berhenti. Begitupun saya. Ketika tujuan untuk membuktikan pendapat orang lain tentang saya adalah salah berhasil dilaksanakan, saya pun kehilangan arah. Kosong. Parahnya lagi, wortel saya bukan sesuatu yang hadir dari diri sendiri. Wortel itu adalah orang lain, alasan tertentu yang kadang tidak berarti. Dilihat lebih oleh wanita yang saya suka, dianggap pintar oleh guru, atau sekedar terlihat sebagai anak baik-baik nan lugu.

Saya pun mulai menjadi orang lain. Berusaha mengikuti semua ekspetasi mereka yang meremahkan dengan pendapat saya sendiri. Hasilnya? Tentu saja tidak baik. Bukan hanya saja itu semua palsu tetapi saya mulai kehilangan keinginan pribadi. Hanya berusaha memenuhi harapan mereka yang meremahkan saya. Dan karena sejak awal saya punya bakat tidak percaya diri, sifat negatif itu pun mulai menjadi karakter. Saya tidak cukup yakin bisa mencapai level tertentu, tidak berani mendekati sesuatu yang tampaknya diluar jangkauan, menurunkan standar dan harapan pribadi, serta berserah diri dengan keadaan menunggu keajaiban. Ini berlaku untuk banyak hal. Saya tidak berani melamar pekerjaan dengan standar yang tinggi, takut menuliskan karya-karya, malas berbuat lebih banyak ketika menemui kegagalan, mengambil resiko untuk membuka usaha sendiri dan bersantai diri dengan keadaan yang cukup-cukup saja.

Saya baru belajar untuk mengerti tentang diri sendiri, passion, keinginan dan ambisi ketika bertemu dengan senior di pekerjaan saat ini. Dari beliaulah saya mengenal konsep external dan internal factor nya Stephen Covey. Beliau, bukan saja hebat dalam menyampaikan konsep tersebut di kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjalani konsep tersebut. Bahkan beliau bisa dikatakan hidup dengan 7 Habit of Highly Effective People. Melalui beliau juga saya kembali menemukan passion dan tujuan pribadi.

Tahun lalu adalah bukti konkrit dari penemuan passion tersebut. Banyak pencapaian yang didapatkan, khususnya dari sisi professional. Begitupun dengan kehidupan personal yang mulai menunjukkan titik terang. Saya berubah dari pemalas yang hanya mengeluh dan tidak mau berusaha menjadi ambisius yang gila kerja. Pribadi yang tidak percaya diri bertransformasi menjadi individu yang yakin akan kekuatan mimpi dan kerja keras.
Masa-masa sulit ketika saya kehilangan kesempatan menikah juga bukti kekuatan passion. Dulu ketika masa-masa putus cinta, kehidupan akan berubah menjadi sangat menyedihkan. Merenung dan meratapi kesalahan sembari berharap semua tidak terjadi. Mudahnya lihat anak ABG yang baru putus cinta pertama. Saya tidak jauh berbeda dari mereka. Menyedihkan memang. Tetapi keadaan yang berbeda terjadi sesudah saya menemukan passion itu kembali. Putus cinta ? Saya hanya perlu membaca lebih banyak buku, mengerjakan pekerjaan kantor atau menulis blog professional. Intinya, faktor-faktor diluar yang mempengeruhi bisa dihadapi dengan keinginan dan passion yang kuat dari diri sendiri.

Setidaknya itu yang saya lakukan belakangan ini. Hingga masa-masa menyedihkan itu kembali. Ternyata, saya memang belum bisa terlepas dari kutukan carrot and stick itu. Beberapa minggu belakangan ini saya stuck kembali dengan semua keadaan. Buku tidak bisa dilanjutkan, blog tidak terurus, begitupun kerjaan tampaknya begitu membosankan.

I lost those passion, again. Lebih tepatnya saya kehilangan carrot itu lagi. Tidak tahu mengapa harus mengerjakan dan tujuan akhirnya akan seperti apa. Kosong. Salah satu sahabat mengatakan bahwa saya sudah bukan saatnya lagi mengandalkan carrot and stick itu. Harus ada keinginan dari diri sendiri yang bisa mempertahankan performa. Tidak bisa lagi menurunkan kinerja dan standar ketika masalah datang atau tujuan telah tercapai.

Jujus saja, saya tahu itu semua. Juga tahu carrot apa yang harus saya kejar saat ini. Pasangan. Tanpa pasangan saya hanya mengerjakan semua ini tanpa arti. Bodoh ya? Tetapi itu kenyataannya. Walau setelah semua pengalaman hidup, saya memang tidak bisa sendiri. Selalu harus ada orang lain yang harus saya jadikan tujuan. Harus ada perjuangan dan jalan terjal yang dilalui untuk membuat saya hidup. Adrenalin addict kalau kata sahabat saya itu. Setelah ada tantangan dan sesuatu yang mustahil saya baru bisa bergerak lebih cepat, lebih fokus dan lebih terarah.

Agak aneh memang, disatu sisi, saya sadar bahwa saya ini pemalas yang sangat nrimo tapi disisi lain saya butuh suntikan tantangan agar saya mau berjalan. Entahlah, mahluk bernama manusia ini memang sangat kompleks. Bahkan untuk dirinya sendiri, kita terkadang tidak bisa tahu apa yang terbaik dan mana yang berakibat buruk. Sama seperti saat ini. Saya kehilangan arah harus kemana tulisan ini dilanjutkan. Terlalu banyak yang berputar-putar dikepala. Tampaknya memang sudah saatnya saya beristirahat sementara dan bersantai lebih banyak. After all, human can’t be predicted by simply reading books about human behavior or guessing by their act.

PR besar lain yang juga menunggu saat ini adalah mencari lagi passion tersebut. Kemudian merubah passion itu ke level selanjutnya. Bukan lagi carrot yang akan segera kehilangan maknanya begitu semua selesai dicapai. In the end, its not the time to keep whining and regretting myself anymore.  

Bisikan Malam

Posted: Sabtu, 19 Januari 2013 by Iqbal Fajar in
0

Kini hanya bisik yang terdengar
Lemah berdayu dalam gelap  

Ini ruang ku
Dan aku terduduk di ujung beranda
Hanya bersanding pada nada  

Aku dan kau  

Entah kenapa kita tetap memaksa
Menyerah pada rasa yang fana  

Hanya malam ini pintamu
Karena memang permainan belaka tampaknya
Tanpa ada rasa, tiada cinta
Hanya sekedar bertahan dari rindu tak terduga  

Tak sadarkah engkau wahai putri jelita?
Bahwa mencinta adalah totalitas?
Yang tidak bisa dihentikan hanya dengan bertemu?
Atau pelukan erat di bantal bernoda?  

Aku berbeda dengan mu yang dikelilingi pilihan
Dimana setelah malam ini kau akan bersenandung gembira
Mungkin sedikit sendu lalu kembali tertawa dengan tiaramu  

Tapi tidak aku  

Dikasur ini, dalam ruang ini, pada gelap ini
Aku selalu sendiri dan hanya sendiri
Bercengkrama dengan hati yang berbisik
Bertanya pada sosok gemulai lelapmu  

Sadarkah kau akan hadirku?

Control, External Factor and Let Things Go

Posted: Minggu, 13 Januari 2013 by Iqbal Fajar in
0

There is a lot of things that you couldn’t control. You just have to be wait and enjoy the process” Itulah kata-kata yang teman saya ucapkan malam itu. Tentu saja saya tahu itu. Tidak semua bisa kita kendalikan dan harap akan berjalan seperti yang kita mau. Permasalahannya seberapa besar kita melihat dan memutuskan bahwa satu hal tidak bisa dikendalikan dan hal lain bisa dikendalikan. Kematian dan cinta. Bagi saya dua hal tersebut adalah faktor-faktor yang cukup pantas untuk dikategorikan dalam “tidak bisa dikendalikan”. Yang lainnya ? Saya cukup yakin mampu mengatasinya.

Maka ketika teman saya memberikan alasan dengan kalimat diatas atas terhentinya proses pembuatan buku yang sedang dikerjakan, alasan itu tidak masuk dalam logika. Pantang menyerah, passion, dan kerja keras adalah syarat untuk sukses. Begitupun dalam pembuatan buku yang sedang saya kerjakan. FYI, alasan mengapa saya melakukan sesi curhat dengan teman saya itu ialah karena seminggu terakhir pengerjaan buku terhenti. Tidak ada progress yang memuaskan. Bahkan saya bertambah pusing dan ragu atas kemampuan untuk menyelesaikan buku ini. Terlalu banyak yang belum sesuai, tidak terstruktur, masih kurang dalam, terlalu banyak pembahasan, tidak jelas tujuan dan manfaat serta puluhan scenario buruk yang mengisi otak. Hasilnya, berdampak pada fisik yang terus menurun. Waktu istirahat yang kurang ditambah makan yang tidak teratur dan tentu saja pikiran yang terus menerus bekerja. Dampaknya, sakit kepala dan badan yang lemas. Buat saya, pusing dan pilek adalah penyakit yang paling menyebalkan. Konsentrasi dan ide seakan hilang ditelan cenat cenut yang terus mengganggu. Anehnya, ketika sakit kepala sudah tidak tertahankan dan saya kembali ke apartemen, menonton dan bersantai, semua itu hilang.

Tentu saran teman saya mudah saja. “You need some rest, and a lot of refreshing time. Leave your project for a while and have fun !” ujarnya. “ I rest a lot already. And have fun ? Come on, we had a lot of time spent for have fun. Remember new years eve? and last week when we cooked together at my apart ? That’s some quality time and of course it’s fun” balas saya. “Then you need more !” jawab dia sambil tersenyum. “More ?! How much ? And are those fun time will be a guarantee me to finish my project ? Of course its not. I should finish it. That’s the only way I could sleep and relaxing my mind. That’s how it works, always” sanggah saya lagi. Keluarlah kata-kata sakti yang di quote diatas. Dia juga menjelaskan bahwa saya tidak bisa mengontrol semua yang diharapkan. “Lo gak bisa maksa nulis kalau lagi stuck. Lo gak bisa maksa kerja kalau lagi sakit. It doesn’t work that way”. Dan saya dengan kepala batu tetap saja memaksa bahwa itu bukan alasannya. Sesi curhat itu pun berubah jadi adu argument tentang bagaimana seharusnya berpikir, menyelesaikan masalah dan menyikapinya.

Intinya ialah, saya selalu berpendapat bahwa semangat, sakit, hambatan, kerja keras dan hal lainnya adalah tanggung jawab diri sendiri yang dapat kita kendalikan. Anda bisa saja memilih menyerah ketika ada masalah atau bersantai ketika stuck. It’s the easy way. Tapi itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Masalah tidak akan selesai. Pada akhirnya kita anda akan menghabiskan waktu mencari alasan. Alasan untuk istirahat lebih banyak, alasan jalan-jalan, alasan ketika pekerjaan tidak selesai dan segudang alasan untuk setumpuk tanggung jawab yang dibebankan. Alasan-alasan itu yang disebut Stephen Covey sebagai faktor eksternal. Ketika pekerjaan tidak selesai, maka waktu yang disalahkan. Saat project tidak sempurna maka itu karena pekerjaan orang lain yang tidak benar. Ketika hubungan percintaan tidak berhasil, ketidakcocokan adalah penyebab utama.

Hell with that ! Apapun itu yang dikerjakan, ketika tidak selesai seperti diharapkan maka itu adalah kesalahan kita. Tidak perlu melihat orang lain dan mencari-cari penyebabnya diluar sana. Its reside on us ! Project tidak selesai tepat waktu karena kita terlalu banyak istirahat, hasil tidak maksimal karena tujuan bersama tidak kita jelaskan lebih detail pada tim. Hubungan percintaan tidak berhasil karena kita tidak cukup mencintai pasangan. As simple as it is. Jangan pernah jadi orang yang eksternal. Individu yang menganggap kesalahan ada pada dunia dan isinya. Jadilah orang internal yang selalu melihat ke diri sendiri. Bertanggung jawablah dengan keputusan dan bekerjalah lebih keras. Membaca lebih banyak, bekerja lebih larut, fokus lebih keras dan mencintailah lebih dalam. Karena pada akhirnya, masalah anda hanya bisa diselesaikan oleh anda sendiri. Bukan orang lain. If it’s about you, then it’s up to you.

Tentu saja walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin, dunia tidak selalu bekerja seperti yang diharapkan. Terlepas dari keras kepala saya akan mengatur keadaan, saya tahu bahwa takdir adalah sesuatu yang tidak bisa kita atur. Tetapi sekali lagi, yang harus difokuskan ialah bagaimana kita tidak mudah mengambil keputusan bahwa ini tidak mungkin, itu memang sudah begitu dan alasan lainnya ketika hal yang kita inginkan tidak terjadi. Go further, dream bigger, walk longer and never give up. Kamu hanya harus terus percaya. Itu kata Donny Dhirgantoro dalam bukunya 5 cm. Menjadi orang yang fokus pada internal, bekerja keras dan menjaga mimpi sudah berhasil saya lakukan. Tetapi ketika kerja keras dan semua usaha tidak memberikan hasil yang diinginkan maka yang harus dilakukan adalah menerima dan merelakannya. Legowo kalau kata orang Jawa. Berserah diri kalau di Islam. Pelajaran itu yang masih belum bisa saya lakukan. Ketika sesuatu tidak terjadi sesuai harapan, saya akan mencari penyebabnya, memperbaikinya, bekerja lebih keras, melakukan dengan cara lain dan sebagainya. Bagi saya, itu semua karena kesalahan saya yang kurang kompeten dan kurang berusaha.  

Lucunya, tidak lama dari sesi diskusi itu, saya mendapatkan pelajaran (atau teguran?) bahwa keputusan sukses atau tidak adalah domain Sang Maha Pencipta. Kita hanya harus berusaha dan berdoa. Hasilnya adalah terserah Dia. Pelajaran terakhir tersebut yang saya dapatkan dengan menyakitkan. Saya kecelakaan malam itu. Mobil di depan saya rem mendadak dan motor terjungkal akibat ban selip. Motor terbalik dan saya terguling ke tengah jalanan. Tepat di depan mata, mobil dibelakang sudah siap menabrak. Untung pengemudinya mengerem dengan cepat. Hanya beberapa centimeter di depan muka. Kacamata pecah terlindas serta lutut bengkak dan berdarah.

Sesaat saya sempat menyalahkan pengemudi di depan yang sudah lari entah kemana. Beberapa orang yang menolong sempat mau mengejar tetapi segera dihentikan. Its my fault. Saya tidak bisa mengendalikan motor. Pengereman mendadak harusnya bisa saya atasi dengan pengalaman bertahun-tahun. Slipnya motor pun salah saya yang menunda-nunda melakukan servis rutin.

Sangat mudah untuk marah pada mobil depan tetapi apa gunanya ? Maka saya pun legowo dengan motor yang stangnya bengkok, legowo dengan kaki yang pincang dan legowo untuk beristirahat sendirian di apartemen. Pengalaman itu juga yang membuat saya memutuskan untuk beristirahat sejenak dari project buku yang dikerjakan. Setidaknya sampai tangan yang terkilir cukup rileks untuk mengetik serta kaki sudah tidak pincang untuk berjalan ke D’Japan, spot menulis favorit saya.

In the end, I learn about the other forces that control our life and what I should do if the force decide it’s not the right time.  

Mimpi Dini Hari

Posted: Rabu, 09 Januari 2013 by Iqbal Fajar in
0

Terbangun dari mimpi
Hanya sunyi temani
Tanpa hangat tubuh selimuti  

Kita adalah terang
Yang bersembunyi dalam gelap  

Larang aku merindumu kekasih
Sebab tiada harapan bagi kita bersinergi
Menjaga punggung masing-masing
Bergantung pada percaya yang hilang entah dimana  

Cepatlah datang wahai jelita
Berlarilah dalam anggunmu
Bosan aku menatap kosong
Pada layar tak bermakna
Serta bingung di tengah hujan  

Aku merindumu
Kapan kita bersatu lagi tanpa tanya?

Lobby Siang Itu

Posted: Senin, 07 Januari 2013 by Iqbal Fajar in
0

Sudah puaskah kita berdusta?
Pada langkah yang bertemu
Dengan sudut mata yang tertumbu
Serta bahasa diam tanpa sapa  

Kita adalah dua insan tercela
Yang ingkari rasa, bersiaga dalam rindu
Mampu kita berkata tidak
Tapi nurani selalu jujur adanya  

Ya, kita hanya dua manusia yang lihai bersembunyi
Dari terangnya cinta
Dari gembiranya ketertarikan  

Pada lobby yang ramai dan cerahnya mentari
Kita kembali merindu

A note for 2012

Posted: Kamis, 03 Januari 2013 by Iqbal Fajar in
0


2012. Tahun yang baru saja berlalu beberapa hari itu benar-benar tahun yang mengejutkan. Jujur, saya tidak pernah menyangka tahun 2012 akan seperti ini. A lot of shocking moment, desperate and joy as well. Ada banyak sekali kejadian yang saya kira tidak akan pernah terjadi, justru terwujud. Beberapa berupa kebahagiaan, dan sebagian lainnya adalah kekecewaan. Tahun yang sama mengajarkan saya tentang keberhasilan sekaligus melengkapinya dengan kegagalan. Tahun 2012 juga yang mencampakkan saya kembali pada kenyataan bahwa cinta adalah barang yang seharusnya tidak dipercayai. Tetapi tahun 2012 juga yang mengajarkan saya bahwa cinta adalah percaya dan merelakannya. Pada tahun ini juga saya menghapus memori beberapa orang terkasih sekaligus menemukan tambatan hati baru. Di tahun yang sudah lalu juga, saya menyerah pada satu mimpi tetapi berhasil mencapai mimpi yang lainnya.

Last year was incredible. And I want to share it with you, readers.

Tahun ini dimulai dengan cukup menyenangkan. Salah seorang teman dari masa kuliah ikut bergabung dengan kami di tim kantor. Dia adalah kakak kelas yang menyenangkan. Ceria, periang, ekspresif, passionate terhadap KM, dan highly competent. Tim kami yang hanya sekelumit itu saja, menjadi berbeda dengan kehadirannya. Rasanya menyenangkan memiliki rekan yang bisa dipercaya dan tentu saja seumuran dengan kami. Dia memulai dengan baik dan mengikuti ritmis kerja dengan cepat. Perkembangannnya sangat baik sehingga kami pun bisa melakukan banyak hal bersama. Berbagai project dan kegiatan diselesaikan dengan performa yang memuaskan. She is truly an asset to our company.

Tidak hanya itu, kepribadiaannya yang sedikit gila dan mudah bergaul membuat suasana kantor yang cukup tegang menjadi mencair. Bahkan kami sedikit kewalahan dengan keceriaannya tersebut. Apalagi ditambah dengan bakat-bakat mengacau yang sudah ada di beberapa individu kantor. Its insane, to be honest. Dan ketika dia memutuskan untuk resign mengikuti suaminya yang baru dinikahi tahun 2012, kami merasakan kehilangan yang sangat besar. Ada bagian dari kehidupan professional yang akan selalu saya rindukan. Pemahaman akan lapangan, kerapihan administrasi, perspektif finance, sikap terus terang, kejujuran dan tentu saja joke-joke menyerempetnya, adalah sebagian dari kualitas yang akan sulit digantikan.

Tahun 2012 juga merupakan titik balik dari apa yang sudah saya impikan sejak lama. Creating a legacy. Dimulai dari tulisan-tulisan sederhana, bertambah lembar demi lembar, membuat blog yang masih jauh dari sempurna, membaca dan melihat perspektif baru, menuliskan pengalaman di pekerjaan dan sekarang yang sedang dilakukan, menyelesaikan buku pertama tentang KM. Menulis selalu jadi kebiasaan saya, tetapi sayangnya, hingga tahun lalu karya berarti yang pernah dibuat hanyalah tulisan singkat, curhatan, puisi-puisi galau dan catatan tentang kehidupan masa kelam. Kini, dengan draft buku yang sudah selesai hampir 70%, saya patut berbangga diri.

2012 juga menjadi salah satu tahun penting ketika saya menyelesaikan kuliah S2 yang sudah terlambat terlalu lama. Setelah 2,5 tahun kuliah, saya berhasil lulus dengan IPK yang cukup memuaskan. Setidaknya jauh lebih baik dari S1 J. Tiga bulan dengan kerja keras dan fokus. Hanya itu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh rangkaian tugas akhir yang ditinggalkan selama 1 tahun lebih.

Yang menarik ialah, 3 bulan pengerjaan tersebut bukanlah waktu yang luang. Beban pekerjaan project sedang tinggi-tingginya. Saya bahkan beberapa kali tidak tidur hingga 3 hari demi menyelesaikan report. Manusia adalah makhluk yang menakjubkan. Kita bisa menyelesaikan banyak hal, justru ketika kita dalam keadaan terdesak. Yang diperlukan hanyalah keyakinan. Terkadang, kita sendiri yang mengukung diri dari keajaiban-keajaiban yang dapat dilakukan. Kuliah S2 dan rangkaian tugas akhirnya mengajarkan saya tentang keajaiban tersebut.

Keajaiban dari percaya. Mungkin itu yang pelajaran paling berarti yang saya dapatkan selama 2012. Pelajaran itu sayangnya tidak selalu manis seperti kehidupan professional dan personal development yang sukses di 2012. Tahun tersebut juga memberikan pengalaman pahit yang tidak akan terlupakan.

Pada pertengahan tahun, ketika semua sangat menyenangkan dan bahagia, saya melamar pujaan hati. Itu pengalaman yang mendebarkan. Bertemu dengan kedua orang tuanya, meminta izin menikah secara resmi, berjanji untuk bertanggung jawab, menjawab semua pertanyaan serasa interogasi, tangan yang dingin karena gugup, untuk kemudian tersenyum karena lamaran tersebut diterima, adalah saat-saat terbesar bagi lelaki dewasa manapun.

Semua momen tersebut sayangnya tidak berakhir bahagia. Rencana pernikahan kami gagal. Pasangan saya memutuskan mundur. Saya tidak akan membahas alasannya. Yang saya ingat adalah malam sesudah keputusan berat itu, adalah pertama kalinya saya menangis kepada Mama. Setelah semua, saya sadar bahwa saya hanya seorang anak kecil yang berusaha tegar. Tidak lebih.

Maka saya mulai melupakan cinta. Kerja, kerja, dan kerja. Hanya itu yang bisa saya lakukan. Mulailah buku-buku menjadi pelarian, forum professional jadi teman, dan menulis lebih banyak artikel-artikel untuk blog professional. Berbagai macam tanggung jawab saya ambil. Mulai dari marketing, belajar analisis dan metode baru, hingga membuat website perusahaan. Waktu pulang kerja pun berubah. Tidak ada lagi jam 6 sampai di apartemen. Paling cepat jam 8. Itupun berlanjut dengan kopi, rokok dan laptop hingga pukul 2 pagi. Ini alasan sebenarnya dari kesuksesan professional selama 2012.  

Perlahan, semua berubah. Saya berhasil move on dengan harga yang sangat mahal. Ketidak percayaan akan hubungan manusia. Impian menikah perlahan menghilang, keseriusan untuk berhubungan juga dikubur dalam-dalam. Kualitas hubungan sesama manusia juga memburuk. Saya asyik dengan pekerjaan dan egoisme personal. Saya kembali menjadi pribadi yang dahulu pernah hilang. Individu yang hanya percaya pada logika.
Ini yang menarik dari hidup. Ketika saya berhasil dengan ketidakpercayaan terhadap manusia, logika dan sebab akibat serta kehidupan sukses sebagai professional, cinta datang tiba-tiba. Pada malam final Piala Euro 2012, saya bertemu dengannya. Dia dengan streotipe yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan mantan yang menghancurkan saya beberapa bulan lalu. Princess type, demanding, not sure with her own feeling, which surprisingly, made me fall in love.  

Its kind of crazy. Dua tahun masa-masa sulit dengan mantan terjadi lagi dengannya. Tetapi kali ini semua terjadi hanya dalam 4 bulan. Bermula dari makan malam, ketertarikan yang membuat saya kembali percaya, keputusan untuk menyerah, saya yang tertarik pada wanita lainnya, dan kemudian memutuskan untuk kembali padanya. Tidak hanya itu, impian memiliki istri yang saya kubur dalam-dalam muncul kembali. Kami berencana akan menikah. Saat itu adalah masa-masa terbaik dalam kehidupan personal saya selama ini. Semua sangat menyenangkan dan rasanya kali ini akhir cerita akan bahagia. Sayangnya, bukan itu rencana Sang Maha Pencipta. It’s a sad ending. Hubungan kami tidak berhasil.

Tidak hanya itu. Dalam proses hubungan tersebut, saya juga sempat berhubungan sangat dekat dengan salah satu teman nun jauh disana. Teman yang tidak pernah saya temui selama 2 tahun lebih. Teman yang setia menerima saya apa adanya. Teman yang kemudian berubah menjadi pasangan. Teman yang perasaannya juga saya hancurkan kurang dari 1 bulan hubungan kami.

So, 2012 is actually a bad year for me. Saya mencintai tiga orang dalam waktu yang berbeda-beda. Ketiganya membuka hati yang sudah lama ditutup untuk cinta. Ketiganya membuat saya percaya pada mimpi kehidupan berkeluarga. Ketiganya memberikan pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan. Ketiganya pula yang membuat saya kembali menjadi pribadi tertutup dan tidak percaya pada manusia. Hanya bergantung kepada diri sendiri dan logika. Tidak lebih.  

Is it finish ? Untungnya Allah masih berbaik hati pada saya. Ketika saya kehilangan kepercayaan diri, cinta dan terpuruk dengan kesendirian, ada banyak orang yang justru hadir. Mereka tidak menawarkan cinta, tetapi memberikan ketulusan dan kepercayaan. Mereka adalah sahabat-sahabat terbaik yang sayangnya baru saya benar-benar sadari setelah semua kekecewaan akan cinta.

Mereka mungkin tidak selalu ada, tetapi mereka selalu siap kapanpun dibutuhkan. Mereka tidak pernah menawarkan janji tetapi hadir paling depan ketika masalah datang. Mereka tidak berusaha mengajarkan tentang cinta tetapi menunjukkan dalam bentuk yang paling dapat dipercaya. Dan mereka pula yang menyelamatkan saya dari kebodohan untuk menyimpan semua rasa, kekecewaan, dendam, marah, kesedihan hanya untuk diri sendiri.

Melalui nasehat bijaknya, salah seorang sahabat meyakinkan saya akan kesalahan yang selalu diperbuat. Lewat telpon antar benua, sahabat lainnya menguatkan dan juga mentertawakan keputusan irrasional akan komitmen. Sahabat lainnya menarik saya dari kesendirian dan mencerahkan dengan kegembiraan. Mereka mengajarkan saya untuk kembali percaya. Pada mimpi, pada tujuan, pada passion, pada hubungan manusia, dan pada cinta.

This is the year I got left just before the marriage. The year I fall in love to woman I dreamed for long time. The year I become an asshole that turned down someone that truly love me. The year I dreamed to have a real wife just to see it crumble, again. The year I spent most of entire night for blaming myself, crying, hating people and fooling around. All of it only to run away from pain and anger.

Hell, if this year is not the best year of my personal life. Because without this frustrating year, I would never have a successful professional life, a great lesson about work hard, meet a great buddy to share, a true friend that always on my back, a great journey to Jogja, a new group that share wishes in New Years Eve, a book ready to be finished, new dream, love, sincerity, friendship, and of course, the true meaning of believe.

In the end, 2012 is a great year and I gladly mark it as another turning point of life. Wish you had a memorable year as well.

Happy New Year !