Tough Time

Posted: Selasa, 21 Desember 2010 by Iqbal Fajar in
0

Lucu jika mengingat kejadian kemarin. Saya yang kelelahan setelah keliling jakarta dan sekitarnya demi mengantarkan parcel untuk customer harus tertahan di jajaran ruko. Sendiri dalam mobil panther '97 milik kantor. Hanya ditemani lantunan musik dari laptop dan hujan yang deras di luar. Tiba-tiba saja tangan mengarahkan mouse ke folder tempat file-file tulisan tentang mantan. Kala itu, menulis adalah cara ampuh untuk melupakan dia. Dan terjadilah hal bodoh itu.

Air mata meluncur deras dari mata. Dada sesak tak terkira. Jika tidak memikirkan janji dengan klien setengah jam lagi, pasti saat itu saya sudah hilang kendali. Menangis dengan raungan yang keras dan pedih. Klise dan memalukan bukan ? Seorang lelaki harus menangis karena wanita. Harus diakui file-file tulisan itu membuka lagi luka lama. Kenyataan harus kehilangan dia memang masih belum sepenuhnya dapat saya lupakan. Hanya tersimpan dalam tertutupi oleh sibuknya pekerjaan. Keadaan tubuh yang lelah juga berkontribusi memaksa pertahanan terakhir saya hancur. Maka menangislah saya serupa bocah.

Cukup lama menangis pada akhirnya membuat logika kembali berkuasa. Pada akhirnya saya sadar bukan dia yang membuat tangisan itu meledak. Kesendirian dan kerinduan akan teman sejati adalah akar dari semuanya. Sejak putus dari dia, memang tidak ada lagi orang dekat yang mengisi kekosongan. Dulu setidaknya masih ada beberapa sahabat yang siap berbagi asa. Seolah bekerjasama, mereka pun harus mundur karena beberapa sebab. Saya tidak menyalahkan mereka atas ketiadaannya. This is my own problem and they have their own life.

Yah, life is just getting hard to me. That's why I need some of this pain washed by this tears. Banyak hal yang terjadi belakangan ini. Kehadiran sahabat dan dia adalah pengharapan terbesar saya. Walau sayangnya memang harus tidak terkabul. Dia yang nun jauh disana sudah tak terdengar kabarnya. Saya juga sudah berjanji tidak akan mencari kabar atau muncul dikehidupannya dalam bentuk apapun. Para sahabat seperti disebutkan, punya kehidupan yang tidak bisa dipaksakan untuk selalu ada bagi saya. Dan memang seperti ini seharusnya. Biarlah saat ini saya meresapi kesendirian untuk mentransformasikan menjadi kekuatan.

Saat-saat ini adalah titik balik bagi kehidupan. Sama seperti titik-titik balik lainnya yang sudah lewat. Masih teringat ketika itu saya menangis sendirian di kegelapan malam karena tidak kuat menghadapi tekanan keuangan. Atau ketika saya berteriak ditengah hujan deras memaki langit tentang ketidakadilan di pekerjaan. Bahkan termangu tanpa arahan ditengah keramaian. But I survive. Terlepas dari ratusan kekalahan dan kekecewaaan dari kehidupan, saya tetap bangkit. Jatuh tujuh kali, bangun delapan kali. Sama seperti boneka daruma. Biarlah malam kemarin dan malam ini saya menangis lagi. Silahkan kesendirian ini datang lagi. Berapkalipun itu terjadi saya akan tetap menangis untuk kemudian bangun lagi dan menatap semua kesedihan dengan pengakuan. Karena hanya itulah cara terbaik menyelesaikannya. Coz I believe, tough time wont last. Tough people do.