The Riddle of Life

Posted: Jumat, 05 Oktober 2012 by Iqbal Fajar in
0


Here's a riddle for you
Find the Answer
There's a reason for the world
You and I...

The Riddle by Five for Fighting

Pernahkah anda bertanya atas alasan apa anda dilahirkan di dunia ? Well, there will be a lot of answer for that. Sebagian besar dengan dasar agama. Sebagai khalifah dan mengabdi pada yang Maha Kuasa, sebagai penebus dosa, untuk menanggung dosa dari kehidupan sebelumnya atau untuk persiapan mencapai nirwana. Tergantung pada seperti apa kepercayaan anda. Orang lain mungkin mengaitkannya dengan pekerjaan, cinta dan passion, kehidupan yang lebih baik, kebutuhan untuk pengakuan, keadaan yang sedang terjadi, motivasi dari pakar, jawaban bijak dari sang guru atau lebih sederhana lagi, sekedar bertahan hidup.

Potongan Lagu The Riddle dari Five for Fighting inilah yang menginspirasi saya untuk berfikir lebih banyak, bertanya lebih dalam, berdiskusi lebih intens dengan nurani tentang alasan mengapa saya diciptakan.

Kehidupan saya jalani dengan mengalir, penuh dengan ambisi, letupan semangat, pun keterpurukan akan kesalahan juga mengisi kehidupan. Saya terus berjalan, mencari, bertanya, terjatuh, bangun lagi, berjalan lagi, mereview lagi dan terus mengulang rutinitas tersebut. Banyak buku dan petuah bijak yang disambangi untuk menambah pengetahuan tentang kehidupan.

Tetapi jawaban akan teka-teki itu tetap belum ditemukan. In the end, I feel empty… Saya berani untuk mengambil pilihan, menjalani dengan keterbatasan, bangkit ketika masalah datang, belajar lebih banyak tetapi jawaban teka-teki tersebut masih tetap misteri yang belum bisa dipecahkan.

Saya sering berusaha menjawab pertanyaan tentang teka-teki tersebut. Jawabannya sangat beragam. Mulai dari untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, mengabdi pada masyarakat, menorehkan tinta di dunia, menurunkan warisan pengetahuan bagi generasi selanjutnya, mencintai seorang wanita dengan sempurna, membahagiakan orang tua dan jawaban lainnya. Itulah alasan mengapa saya bisa tetap bertahan hingga kini. Alasan yang juga menyebabkan saya terbangun bermalam-malam dan termenung sendirian.

Tetapi pada titik tertentu jawaban itu juga tidak memuaskan saya. Ada banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Jawaban-jawaban tersebut tidak bisa memberikan hikmat yang sebenarnya. Ketika semua sudah tercapai, saya tahu bahwa bukan itu alasan saya ada di dunia. TIdak sesederhana itu alasan mengapa saya diciptakan. Dan saya kembali ke siklus bertanya dan diskusi dengan nurani. Terjebak dalam malam-malam perenungan yang tidak ada habisnya.

Untuk apa saya dilahirkan ? Untuk apa saya menempuh pendidikan ? Untuk apa saya bekerja ? Untuk apa saya mencintai seseorang ? Untuk apa saya bertahan dari kegagalan ? Untuk apa saya terus memotivasi diri ? Untuk apa saya beribadah ? Untuk apa saya berhubungan dengan manusia ?

Pertanyaan-pertanyaan mendasar itu yang selalu muncul di pikiran dan menghantui sepanjang waktu. Ini nature saya. Pola pikir yang tidak akan pernah hilang. Bertanya-bertanya dan bertanya.

Inilah bodohnya saya. Saya terus bertanya padahal sudah tahu jawaban inti dari ini semua. Saya yang tidak berani mengakui jawaban yang terus muncul ketika jawaban lain terus berguguran. Saya mencari jawaban alternative yang masuk akal dan mungkin untuk dilakukan. Saya mencari jawaban lain karena saya takut pada jawaban sebenarnya.

Saya diciptakan untuk mengabdi dan menjalankan perintahNya.

Itulah jawaban atas teka-teki kehidupan. Tidak lebih dari itu. Saya bekerja agar bisa beribadah padaNya, mengabdi pada masyarakat agar mendapat pahalaNya, menciptakan sesuatu sebagai warisan untuk menyebarkan ajaranNya, mencintai wanita atas namaNya dan menjalani kehidupan dengan harapan bisa masuk surgaNya. Semudah itu, sesederhana itu…

Jujur saja, saya bukan seorang penganut agama yang taat. Banyak ajaran sang Maha Kuasa yang dilanggar. Begitupun perintah dan sabdanya yang saya nafikan. Padahal latar belakang agamis sangat kental di lingkungan dan pendidikan tetapi sekali lagi, itu bukan jaminan. Semakin lama, saya semakin jauh dari kehidupan religius dan terus terbenam dalam kenikmatan dunia. Melupakan kodrat awal sebagai mahluk Tuhan yang akan kembali padanya setiap saat.

Dan alasan mengapa saya masih tetap bebal tidak berfikir dan bergerak dengan jawaban itu karena iman yang melemah dan malas yang tetap mengakar. Maka teka-teki kehidupan itu akan tetap jadi misteri bagi saya. Hingga keyakinan akan jawaban tersebut memenuhi semua pikiran dan logis ini.

Semoga saja, sebelum Izrail menarik nafas terakhir atas perintahNya, saya bisa memiliki keyakinan terhadap jawaban teka-teki tersebut. Semoga…

Dalam Diam

Posted: Senin, 01 Oktober 2012 by Iqbal Fajar in
0

Dan sekali lagi kita tercenung

Kosong menatap gelap
Walau pikuk kasihani
Kita tetap tegar dalam diam

Ini memang masanya
Ketika badai sudah bosan melanda
Dan hanya kita yang teriaki massa
Marah andai bisa pada mereka
Tapi kelam adalah bahasa terlontar

Maka memang sekali lagi kita berjalan linglung
Karena ini adab dan tradisi
Bahwa sendiri pada ujung malam adalah mimpi tentang
Cinta
Sayang
Perhatian 

Hanya pada diam akhirnya kita bersajak